Masuk ke kawasan Istora Senayan, Senin (1/2/2010), mengingatkan saya akan momen-momen liputan medio tahun lalu, menjelang penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan Presiden 2009. Saat itu, kampanye demi kampanye hampir berlangsung setiap hari di Jakarta oleh para peserta pemilu, baik partai maupun pasangan capres dan cawapres.
Pada masa kampanye, kawasan Senayan hampir selalu ramai. Sekali ramai, tak tanggung-tanggung. Ratusan kendaraan besar dan kecil serta ribuan manusia mememenuhi kawasan yang mulai dibangun pada tahun 1962 dengan atribut berwarna-warni sesuai dengan identitas kelompok masing-masing.
Pemandangan yang sama saya saksikan hari ini. Ratusan bus dan ribuan manusia memenuhi kawasan Istora Senayan dengan atribut yang didominasi warna biru. Kaus, bendera, topi hingga ikat kepala bertuliskan Nasional Demokrat dipakai tua muda yang datang.
Tak hanya massa, kampanye juga identik dengan tokoh-tokoh yang datang. Di momen deklarasi inipun, sejumlah petinggi partai politik dan kaum intelektual datang. Bayangkan, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputra dan Ketua MPR Taufik Kiemas hadir di sini. Tak ketinggalan pula, mantan Ketua DPR RI Akbar Tanjung, mantan cawapres Wiranto, mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif, Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung, mantan menteri Siswono Yudohusodo dan Khofifah Indar Parawansa, anggota DPR RI Maruarar Sirait, budayawan Frangky Sahilatua serta intelektual muda Anies Baswedan.
Semangat saat menyanyikan Indonesia Raya hingga gegap gempita ketika berbagai lagu daerah dari Sabang hingga Merauke dikumandangkan memenuhi Istora Senayan. Salah satu jurnalis yang hadir tiba-tiba berceletuk. "Kok kayak kampanye ya?" ujarnya.
Hari ini, organisasi masyarakat Nasional Demokrat dideklarasikan. Organisasi yang bercita-cita merestorasi kembali perjuangan reformasi Indonesia ini lahir atas inisiatif dua tokoh masyarakat Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Surya Paloh. Mengingat dua inisiatornya adalah politisi serta sejumlah tamu yang datang adalah para politisi, mudah bagi publik untuk berpikir bahwa ormas ini akan menjadi saingan dari partai-partai politik yang ada, terutama partai penguasa.
"Tapi ini bukan untuk menyaingi partai. Ormas diperlukan untuk mengisi celah yang tak bisa diisi parpol kepada masyarakat," ujar Akbar Faisal, politisi Partai Hanura yang kini juga sedang duduk di kursi dewan.
Pada masa kampanye, kawasan Senayan hampir selalu ramai. Sekali ramai, tak tanggung-tanggung. Ratusan kendaraan besar dan kecil serta ribuan manusia mememenuhi kawasan yang mulai dibangun pada tahun 1962 dengan atribut berwarna-warni sesuai dengan identitas kelompok masing-masing.
Pemandangan yang sama saya saksikan hari ini. Ratusan bus dan ribuan manusia memenuhi kawasan Istora Senayan dengan atribut yang didominasi warna biru. Kaus, bendera, topi hingga ikat kepala bertuliskan Nasional Demokrat dipakai tua muda yang datang.
Tak hanya massa, kampanye juga identik dengan tokoh-tokoh yang datang. Di momen deklarasi inipun, sejumlah petinggi partai politik dan kaum intelektual datang. Bayangkan, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputra dan Ketua MPR Taufik Kiemas hadir di sini. Tak ketinggalan pula, mantan Ketua DPR RI Akbar Tanjung, mantan cawapres Wiranto, mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif, Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung, mantan menteri Siswono Yudohusodo dan Khofifah Indar Parawansa, anggota DPR RI Maruarar Sirait, budayawan Frangky Sahilatua serta intelektual muda Anies Baswedan.
Semangat saat menyanyikan Indonesia Raya hingga gegap gempita ketika berbagai lagu daerah dari Sabang hingga Merauke dikumandangkan memenuhi Istora Senayan. Salah satu jurnalis yang hadir tiba-tiba berceletuk. "Kok kayak kampanye ya?" ujarnya.
Hari ini, organisasi masyarakat Nasional Demokrat dideklarasikan. Organisasi yang bercita-cita merestorasi kembali perjuangan reformasi Indonesia ini lahir atas inisiatif dua tokoh masyarakat Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Surya Paloh. Mengingat dua inisiatornya adalah politisi serta sejumlah tamu yang datang adalah para politisi, mudah bagi publik untuk berpikir bahwa ormas ini akan menjadi saingan dari partai-partai politik yang ada, terutama partai penguasa.
"Tapi ini bukan untuk menyaingi partai. Ormas diperlukan untuk mengisi celah yang tak bisa diisi parpol kepada masyarakat," ujar Akbar Faisal, politisi Partai Hanura yang kini juga sedang duduk di kursi dewan.
No comments:
Post a Comment