Monday, January 11, 2010

Wahyu Nusantara Adji : Penduduk Indonesia Ke 200 Juta, Masih INGAT ???

Masih Ingat dengan Nama diatas??
Dia adalah Penduduk Indonesia Ke 200juta..Dan penduduk Dunia ke 6 Milyar..
Gimana nasibnya setelah Pak Harto tiada??
Simak berita copy Paste saya dari berbagai Sumber.


Berita Zaman Orde Baru
Wahyu Nusantaraaji, Bayi Ke-200 Juta Terima Hadiah
Lombok Timur, 19 Februari 1997[suara pembaruan online]
Wahyu Nusantaraaji, bayi yang lahir 4 Februari di Desa Jerowaru,
Lombok Timur, NTB, yang terpilih sebagai penduduk Indonesia ke-200
juta, mendapat berbagai hadiah. Keluarga bayi istimewa itu, hari Rabu
(19/2) ini, dikunjungi Menko Kesra Azwar Anas, Menteri Negara
Kependudukan/Kepala BKKBN Haryono Suyono, Menteri Transmigrasi dan PPH
Siswono Yudohusodo, serta Gubernur NTB Warsito.

Sejumlah bingkisan dan bantuan untuk Wahyu Nusantaraaji diberikan
antara lain dari PT Pos Indonesia berupa biaya pendidikan seumur
hidup, dari Bank BRI dan Harian Umum Suara Pembaruan berupa uang dan
piagam, serta sejumlah hadiah lainnya dari pemerintah dan masyarakat.
Kelahiran Wahyu bersamaan dengan HUT ke-10 Suara Pembaruan.

Pendopo Kabupaten Lombok Timur dipenuhi tamu, antara lain Dirut PT Pos
Indonesia Cahyana Ahmajayadi, Dirut BRI Djokosantoso Mulyono, Wakil
Pemimpin Perusahaan Suara Pembaruan Sasongko Soedarjo, serta para
pejabat Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN pusat dan daerah.

Wahyu Nusantaraaji yang namanya khusus diberikan oleh Presiden
Soeharto itu tampak sehat. Ayah dan ibunya, Achmad Riyadi (27 tahun)
dan Rohana (26), menyatakan sangat gembira dan bahagia atas besarnya
perhatian dari pemerintah dan masyarakat.

Para petugas BKKBN NTB khawatir sang bayi mengalami kelelahan atau
sakit, justru pada saat-saat penting. Sebab, hari Rabu dikunjungi para
pejabat tinggi negara, sekaligus didoakan dan dilakukan upacara adat
seperti mencukur rambut.
Riyadi mengaku baru tahu anaknya terpilih menjadi bayi ke-200 juta
pada tanggal 6 Februari dari reporter televisi swasta yang akan
mewawancarainya. Sedangkan Rohana baru mengetahui bayinya terpilih
pada tanggal 5 Februari dari wartawan Suara Pembaruan di Lombok, Budi
Laksono, yang juga mewancarainya.

"Saya bermimpi bayi saya lahir langsung tertawa-tawa lucu. Tapi saya
tidak menyangka Wahyu akan lahir tanggal 4 Februari. Sebab menurut
bidan, anak saya baru akan lahir tanggal 13 Februari," kisah Riyadi.
Sedangkan Rohana yang tampak letih itu memang mengharapkan anak
keduanya itu lahir pada tanggal 4 Februari agar bisa terpilih menjadi
penduduk ke-200 juta.

"Setelah mendengar pengumuman di radio bahwa pemerintah akan memilih
bayi menjadi penduduk ke-200 juta, saya langsung berdoa sepanjang
malam agar anak saya terpilih. Doa saya terkabul, sebab pada pukul 10
pagi tanggal 4 Februari saya melahirkan. Besoknya saya mendapat kabar
dari wartawan Suara Pembaruan bahwa anak saya ini terpilih dan
mendapat nama dari Presiden Soeharto," tutur ibu yang berbahagia ini
sambil menyusui bayinya.

Menurut Rohana, sebenarnya mertuanya atau kakek Si Wahyu, telah
menyiapkan nama khusus bagi bayi laki-lakinya itu. Sang kakek yakin
cucunya pasti laki-laki, sehingga ia memberi nama istimewa: Utama
Mandala Putra.
Kepada Pembaruan, Rohana menyatakan kerisauannya bila suaminya
dinyatakan lulus dan harus pergi ke Jepang. Ia merasa bimbang antara
senang dan sedih. Sebab bila Achmad Riyadi lolos seleksi, maka akan
magang di Jepang selama dua tahun. "Mudah-mudahan suami saya bisa
kerja di Lombok atau Pulau Jawa saja, tidak jauh-jauh," ucapnya.

Achmad Riyadi sendiri, sebelum mengikuti program magang, sempat
menjadi wakil manajer KUD Bahtera Hidup di Desa Tanjungluar. Lulusan
FE Unram tahun 1994 ini mengaku menggunakan ijasah SLTA saatmendaftar
di BLK/diklat Depnaker, karena syaratnya memang hanya ijasah SLTA.
Sebelumnya ia sempat mengikuti tes dan bimbingan di BLK Mataram dan
Semarang.
Karena belum memiliki rumah sendiri, keluarga kecil ini masih
menumpang pada orang tua, juga di Desa Jerowaru, Kecamatan Kruak,
Lombok Timur, atau sekitar 70 Km dari Mataram, Ibu Kota Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Menurut sejumlah warga, Desa Jerowaru kini semakin
subur, sebelumnya selama bertahun-tahun dikenal sangat gersang.


Wahyu Nusantara Adji/The Jakarta Post
Wahyu Nusantara Aji: The forgotten 200 millionth citizen

Wahyu Nusantara Aji memiliki tempat khusus dalam sejarah Indonesia - ia adalah Penduduk Indonesia ke 200 Juta.

11 tahun diberi akte kelahiran khusus dan diberi nama "anak negara" ketika dia lahir pada tanggal 4,feb 1997.

Ketika The Jakarta Post mengunjungi Aji di rumahnya di Sepapan dusun, Desa Jerowaru, Jerowaru kabupaten, sekitar 30 kilometer dari Selong, ibukota Lombok Timur, siswi kelas enam baru saja kembali dari sekolah.

Dia duduk bersama ayahnya Ahmad Riyadi, 38, ibunya Rohana, 35 dan adik bungsu, 8-Andika tahun Arya Wibawa.Ada Empat foto penting yang ditampilkan dalam keluarga.

Tiga dari frame berisi foto keluarga diterima oleh (almarhum) mantan Presiden Soeharto di kediaman Cendana di Jakarta. Yang lain adalah foto "Sertifikat Lahir dari 200 millionth Warga Negara Indonesia", lengkap dengan lambang kepresidenan.

"Foto-foto dengan pak Harto diambil pada tahun 2004, ketika Aji bertemu dengannya untuk pertama kali ... juga untuk terakhir kalinya. Sertifikat ini dikeluarkan pada hari ulang tahun Aji. Namanya kemudian diberikan oleh presiden," kata Rohana.

Aji, yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 1 Jerowaru, adalah di antara tiga siswa di kelasnya.

Meskipun sertifikat sebagai warga negara perbedaan dan namanya kemudian disetujui oleh presiden, pengakuan publik tentang status Wahyu Nusantara Aji dan janji-janji pemerintah terkait datang sebagai kebahagiaan sesaat setelah lahir; diikuti oleh perasaan ditinggalkan.

"Beberapa hari setelah kelahirannya, Aji telah dikunjungi oleh tiga menteri dari kantor Bupati Lombok Timur. Sejak saat itu, tidak ada pejabat lain telah datang, bahkan setelah pemilihan Nusa Tenggara Barat baru gubernur dan bupati Lombok Timur," kata Rohana .

"Di bulan Ramadhan pada malam Idul Fitri. Saya pikir itu adalah suatu berkat yang besar. Aji ayah masih di Jakarta mengajukan permohonan untuk bekerja sebagai pekerja migran di Korea," kenangnya.

Selama pertemuan dengan menteri kesehatan maka Azwar Anas, Menteri populasi Haryono Suyono dan menteri transmigrasi Siswono Yudho Husodo, mereka membuat pemerintah menjamin bahwa Aji akan menerima pendidikan gratis hingga tingkat perguruan tinggi.

Mereka juga mengumumkan bahwa ia akan menerima deposit sebesar Rp 10 juta melalui PT Pos Indonesia, yang akan mengumpulkan bunga mencapai sekitar Rp 193 juta pada saat Aji berumur 25.

"Ini bukan janji-janji yang penting. Tapi setidaknya, harus ada perhatian pemerintah untuk Aji. Bukankah dia anak dari Negara?" tanya Rohana.

Bulan September 2004, Aji dan orangtuanya bertemu dengan mantan presiden Suharto; itu adalah inisiatif mereka sendiri.

"Itu adalah liburan sekolah dan Aji terus menekan kita untuk mengunjungi pak Harto. Dengan tabungan kami pergi dan berhasil untuk mengunjunginya setelah dibantu oleh pak Haryono Suyono," katanya.

Selama satu jam pertemuan, Aji diterima seperti seorang cucu.

"Dia memberiku doa pakaian dan tikar. Dia mengatakan kepada saya untuk berdoa dan belajar dengan tekun. Ketika saya menyelesaikan pendidikan SD, ia menyarankan agar aku bergabung dengan sebuah pesantren di Indramayu, Jawa Barat dan dia bilang dia akan menjual sapi untuk membayar biaya sekolah, "kenang Aji.

Aji mengatakan ia selalu teringat nasihat Soeharto memberinya. Tetapi tekadnya untuk melanjutkan studi di luar Nusa Tenggara Barat khawatir orang tuanya.

"Kami akan senang jika Aji melanjutkan studinya di Jawa. Fasilitas pendidikan terbatas di sini sehingga tidak dapat mengambil kursus tambahan untuk meningkatkan bakatnya. Tapi bagaimana bisa kita kirim ke sana dengan biaya sekolah yang tinggi?" Kata Riyadi.

Riyadi bekerja dengan menjalankan sendiri toko makanan kecil di desanya dan Rohana lega bekerja sebagai guru di sekolah dasar Jerowaru.

Ketika mantan presiden membuat saran untuk Aji selama kunjungan, satu-satunya orang lain yang hadir adalah Haryono Suyono.

"mudah-mudahan jika berita ini terbit mbak Tutut (putri sulung Soeharto) akan membacanya," kata Rohana.

Riyadi dan Rohana mengaku telah mengunjungi kantor BKKBN provinsi untuk mencari perhatian pemerintah dan komitmen terhadap deklarasi Aji 200 millionth sebagai warga negara.

"Aku telah merencanakan untuk menghubungi pak Haryono Suyono tapi aku kehilangan jejaknya. Jadi, kami pergi ke kantor BKKBN provinsi untuk menanyakan tentang status tindak lanjut mengenai Aji," katanya.

Aji sendiri mengatakan ia tidak berharap terlalu banyak, karena dalam pandangan orang-orang yang telah datang untuk mengunjungi keluarganya hanya membuat janji-janji kosong.

"Aji sekarang enggan untuk berbicara dengan (pemerintah) pengunjung, yang katanya membuat janji-janji kosong," kata Rohana.

Dengan tiga teman sekelas, Aji telah membentuk band bernama The Four Eagles. Menggunakan kaleng biskuit sebagai imitasi vokal drum dan alat musik, kelompoknya memainkan lagu-lagu favorit mereka kelompok Indonesia, Kangen Band.

Aji adalah penggemar berat bintang sepak bola Christiano Ronaldo.


,,ternyata setelah 12 Tahun berlalu,nasib "Anak Negara Ke 200 Juta" Terbengkalai...Janji2 pemerintah yang omong kosong belaka....
Menurut Agan,siapa yang patut disalahkan??

sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2838644

No comments:

Post a Comment