TANGERANG - Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Iman Ustad HR diduga mencabuli 10 santrinya dengan cara sodomi. Akibatnya, salah satu santri berinisial Y mengalami depresi berat.
Perbuatan itu dilakukan di ponpes yang terletak di Jalan Cikini Dalam, RT03/RW01, Jurang Mangu Barat, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan informasi di lapangan, warga tadi malam sempat mendatangi Ponpes untuk meminta agar pimpinan Ponpes segera mundur dan tidak lagi melakukan kegiatan keagamaan di lingkungan tersebut.
“Kami merasa kecewa dengan Ustad HR. Dan seharusnya sebagai tokoh keagamaan bisa memberikan yang terbaik tapi ternyata sebaliknya,” tukas H Junaidi, tokoh pemuda setempat, Minggu (31/1/2010).
Junaidi menambahkan, kejadian dugaan pencabulan berupa sodomi tersebut terjadi sekira tahun 2001 lalu. Namun baru terbongkar sekarang setelah salah satu santri berani menceritakan kejadian itu.
Berdasarkan pengakuan dari keluarga korban Y, saat itu Y pulang ke daerah Senen, Jakarta Pusat, tempat kakaknya, Rudi secara tiba-tiba. Melihat hal itu sang kakak mencoba menanyakan, namun ternyata tidak dijawab.
“Rudi kakak korban mencoba mencari tahu dengan mendatangi lingkungan Ponpes. Dan ternyata dia mendapat kabar jika ada kasus pencabulan terhadap santri,” ujar Junaidi.
Sontak mendengar hal itu, Rudi kembali mendesak adiknya mengapa pulang dengan tiba-tiba. Akhirnya sang adik bercerita soal kejadian pencabulan tersebut. Di mana dirinya mengaku mau dicabuli setelah diiming-imingi akan mendapat berkah dan sukses dalam memberikan ceramah.
“Mungkin karena takut atau diiming-imingi, maka santri itu mau,” katanya.
Sejauh ini, Junaidi mengaku sudah mengantongi nama enam orang yang diduga dicabuli yaitu Ikh, Brhn, Fr, DI, Y, dan N. “Kami baru kantongi data nama orang dan kami yakin korbannya sekitar 10 orang. Salah satu dari enam korban ini yaitu Y sekarang mengalami depresi,” papar dia.
Perbuatan itu dilakukan di ponpes yang terletak di Jalan Cikini Dalam, RT03/RW01, Jurang Mangu Barat, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan informasi di lapangan, warga tadi malam sempat mendatangi Ponpes untuk meminta agar pimpinan Ponpes segera mundur dan tidak lagi melakukan kegiatan keagamaan di lingkungan tersebut.
“Kami merasa kecewa dengan Ustad HR. Dan seharusnya sebagai tokoh keagamaan bisa memberikan yang terbaik tapi ternyata sebaliknya,” tukas H Junaidi, tokoh pemuda setempat, Minggu (31/1/2010).
Junaidi menambahkan, kejadian dugaan pencabulan berupa sodomi tersebut terjadi sekira tahun 2001 lalu. Namun baru terbongkar sekarang setelah salah satu santri berani menceritakan kejadian itu.
Berdasarkan pengakuan dari keluarga korban Y, saat itu Y pulang ke daerah Senen, Jakarta Pusat, tempat kakaknya, Rudi secara tiba-tiba. Melihat hal itu sang kakak mencoba menanyakan, namun ternyata tidak dijawab.
“Rudi kakak korban mencoba mencari tahu dengan mendatangi lingkungan Ponpes. Dan ternyata dia mendapat kabar jika ada kasus pencabulan terhadap santri,” ujar Junaidi.
Sontak mendengar hal itu, Rudi kembali mendesak adiknya mengapa pulang dengan tiba-tiba. Akhirnya sang adik bercerita soal kejadian pencabulan tersebut. Di mana dirinya mengaku mau dicabuli setelah diiming-imingi akan mendapat berkah dan sukses dalam memberikan ceramah.
“Mungkin karena takut atau diiming-imingi, maka santri itu mau,” katanya.
Sejauh ini, Junaidi mengaku sudah mengantongi nama enam orang yang diduga dicabuli yaitu Ikh, Brhn, Fr, DI, Y, dan N. “Kami baru kantongi data nama orang dan kami yakin korbannya sekitar 10 orang. Salah satu dari enam korban ini yaitu Y sekarang mengalami depresi,” papar dia.
Perlu konfirmasi dengan pihak yang berwenang. Sangat disayangkan bila hal tersebut benar terjadi. Perbuatan sodomi sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu di jaman Nabi Luth as. Kisah kaum Sadum menjadi pelajaran yang berharga. Namun perbuatan kelam tersebut terus terjadi sampai dengan saat ini.
ReplyDelete