Tuesday, January 26, 2010

Ganahari Takahasi: Juragan Film Bokep Yang Pindah Haluan Jadi Pedagang Sayur


Ganahari Takahasi sebenarnya telah menghasilkan jutaan yen sebagai kepala perusahaan video porno Soft on Demand. Namun tahun 2006 dia memutuskan untuk meninggalkan bisnis mesum itu dan mendirikan Kunitachi Farm dengan modal 1 miliar yen. Menurut Takahashi, lompatan dari pornografi ke pertanian ini tidak sesembrono yang disangka orang.

Dikatakannya, saat memasuki industri video untuk orang dewasa, pihak yang paling diperlukan, yaitu yang membuat produk itu, malah tidak mendapat penghasilan. "Distributorlah yang meraup semua keuntungan. Jadi saya membuat industri dimana para produsennya dihargai dengan selayaknya. Ketika saya berpikiran untuk hidup sebagai petani, saya sadar bahwa di bidang ini pun, kegiatan produksinya tidak dihargai selayaknya. Jadi saya berpikir untuk menerapkan cara sukses saya di bidang industri untuk orang dewasa itu kepada bidang pertanian," papar Takahasi.

Maka lahirlah ide Takahashi untuk mengadakan reformasi pertanian.

Dari pertanian langsung ke mulut konsumen

Kunitachi Farm kini bekerja sama dengan 200 petani di daerah sebagai sumber sayuran untuk semua produk di semua outletnya. Semua pertanian itu harus memenuhi standar minimum yakni menghindari pemakaian herbisida, dan terlebih lagi menyesuaikan diri dengan visi Takahashi, yaitu petani muda yang gaul.

Hasil panen disalurkan ke Nouka no Daidokoro (Dapur Peternakan), yaitu restoran yang dibuka Takahashi pada awal 2007 di daerah Kunitachi, di sisi barat Tokyo. Sementara untuk produk-produk yang sudah diolah, seperti adonan miso dan selai, dikirim ke pertokoan-pertokoan terpilih.

Restoran Nouka no Daidorkoro kini telah memiliki dua cabang di perkotaan Tokyo, yaitu di Ebisu dan Shinjuku. Keduanya terkenal selalu dipenuhi pelanggan wanita pada waktu makan siang. Selain menyediakan paket-paket makanan dengan harga terjangkau, juga ada salad bar dengan berbagai sayuran ditata di atas es, dan juga berbagai jus yang juga dibuat sendiri oleh restoran itu.

Dengan dekor tembok putih dan pilar-pilar kayu, restoran ini mengingatkan orang pada rumah pertanian tradisional, dan interiornya juga dipenuhi poster-poster para petani yang produknya disajikan di sana.

Citra-citra ini membantu para pelanggan menyadari hubungan makanan di piring mereka pada orang-orang yang berjasa menyediakannya. "Saya meminjam tenaga petani-petani yang mengagumkan ini untuk mereformasi seluruh industri pertanian," kata Takahashi.

Lakukan, Lihat, Rencanakan

Kunitachi Farm merupakan usaha yang modern, yang juga merangkul jajaran selebriti terkini. Nouka no Daidokoro ini seperti versi Planet Hollywood-nya toko sayur. Dan dengan bersamaan, situs Kunitachi Farm juga memelihara beberapa blog yang mengukuhkan citra eksklusifitas pada para bintang petani ini.

Media massa terdepan juga telah meliput cerita ini, sehingga muncul di sampul berbagai majalah, mulai dari majalah yang sarat-kultur sampai ke yang pakar-tren, dan belum lagi semua acara TV yang tak terhitung lagi banyaknya. Kunitachi Farm bukan saja mengangkat pertanian ke media massa tapi juga membuatnya jadi trendi.

Pendekatan Takahashi untuk Kunitachi Farm memang mengalami juga proses coba-coba alias trial and error, atau disebut Takahashi sebagai pendekatan "Lakukan, Lihat, Rencanakan".

Dalam tiga setengah tahun terakhir ia telah melakukan sejumlah proyek selain Nouka no Daidokoro. Pada bulan Februari 2008, ia membeli pertanian telantar di dekat daerah Chiba.

Lalu ada pula "Kunitachi Farm Girls' Farm" di pedesaan Yamagata, yang dimulai tahun lalu dengan tujuan menjalankan pertanian dari sudut pandang wanita. Tim kaum hawa di pertanian itu tengah berusaha menghasilkan produk yang menurut mereka bisa menarik perhatian para konsumen wanita, seperti tomat-mini.

Walau penjualannya cukup baik, namun Takahashi telah menghabiskan 90 persen dari modal awalnya. "Aku akan memakai sisa 100 juta yen supaya usaha ini bisa mulai meraup keuntungan," katanya.

No comments:

Post a Comment