PRIA murah senyum ini bukanlah sosok asing dalam hal diplomasi luar negeri. Sejak masih muda, dia telah melanglang buana di dunia. Dimulai pada 1970-an, Andrew Li-Yan Hsia telah memulai penjelajahannya di Inggris saat menuntut ilmu di salah satu universitas di sana.
Namun, pengalaman diplomasi luar negeri pertama pria yang kini menjabat sebagai Perwakilan Kantor Dagang Ekonomi Taipei (Teto) di Indonesia ini adalah bertugas sebagai penasihat politik di Washington DC, Amerika Serikat (AS). "Di kota inilah saya menjalankan tugas luar negeri pertama saya. Saya bekerja di Washington selama 10,5 tahun. Masa-masa itu sangat sulit. Namun, saya mengakui, di AS, tidak ada yang lebih menarik selain Washington dan New York. Selalu ada peristiwa yang menarik walau hari-hari kadang terasa sulit dilalui," papar Hsia yang juga pernah bertugas selama 1,5 tahun di Ottawa, Kanada, ini.
Selama 10,5 tahun di AS, Hsia telah menjalani banyak hal, terutama pada 1996. Saat itu terjadi krisis di AS, sementara di Taiwan sedang terjadi krisis rudal. "Kemudian saya ditawari bertugas di dua tempat, yaitu di Jakarta dan salah satu kota di Eropa. Saya memilih Jakarta," paparnya teriring senyum. Hsia tentu saja punya alasan tersendiri mengapa memilih Jakarta sebagai pelabuhan berikutnya. Bagi dia, ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya meskipun sudah pernah bekerja dan tinggal di Washington dan New York.
Menurut dia, selama bekerja, dia belum pernah sekali pun bertugas di kawasan Asia, terutama Asia Tenggara yang notabene letaknya berdekatan dengan Taiwan. "Saya merasa perlu untuk mengetahui tetangga kami (Taiwan) dan di sinilah saya sekarang," jelasnya. Hsia resmi mengemban tugas sebagai Perwakilan Kantor Dagang Ekonomi Taipei (Teto) di Indonesia enam bulan yang lalu. Namun, meskipun baru setengah tahun berada di Jakarta, dia merasa tidak pernah menyesali pilihannya. Dia mengaku suka ibu kota Indonesia ini. Saya bangga karena hubungan Taipei dan Jakarta semakin baik. Investasi Indonesia dan Taiwan juga kian meningkat. Namun sepertinya kami membutuhkan lebih banyak lagi orang jenius untuk meningkatkan pendapatan perdagangan," ungkapnya teriring senyum.
Namun, tetap saja Hsia menemukan banyak kendala selama berada di Indonesia. Salah satunya adalah hambatan dalam level komunikasi. Menurut dia, Indonesia dan Taiwan harus berusaha lebih keras lagi agar komunikasi dua kawasan ini bisa berjalan semakin baik. "Menurut saya, Indonesia dan Taiwan harus lebih sering saling mengunjungi agar keduanya semakin memahami kebutuhan dan persoalan masing-masing. Jika sudah saling memahami, tentu akan lebih mudah untuk menjalin kerja sama dalam berbagai sektor," ujar dia.
Meski mengakui ada hambatan, Hsia menegaskan dirinya tetap menikmati Jakarta. Bagi Hsia, kota ini memang menarik. Meskipun macet, Jakarta menyimpan banyak pesona. Salah satunya adalah arsitektur bangunan pencakar langit yang menghiasi langit ibu kota Indonesia ini. Hsia mengaku mengagumi bentuk arsitek bangunan gedung di Jakarta. "Saya suka gedung-gedung yang ada di Jakarta. Arsitekturnya menarik. Bandingkan saja dengan Taipei 101 (bangunan tertinggi kedua di dunia). Arsitekturnya kalah dengan gedung-gedung yang ada di Jakarta ini," tuturnya.
Selama di Jakarta, tiap akhir pekan Hsia selalu meluangkan waktunya untuk membaca, baik buku maupun surat kabar. Selain itu, dia juga gemar menjalani hobinya, yaitu bermain golf. "Saya juga kerap renang dan golf. Tapi saya tidak tahan lama-lama bermain golf di Jakarta karena cuaca di sini cukup panas," pungkasnya.
Namun, pengalaman diplomasi luar negeri pertama pria yang kini menjabat sebagai Perwakilan Kantor Dagang Ekonomi Taipei (Teto) di Indonesia ini adalah bertugas sebagai penasihat politik di Washington DC, Amerika Serikat (AS). "Di kota inilah saya menjalankan tugas luar negeri pertama saya. Saya bekerja di Washington selama 10,5 tahun. Masa-masa itu sangat sulit. Namun, saya mengakui, di AS, tidak ada yang lebih menarik selain Washington dan New York. Selalu ada peristiwa yang menarik walau hari-hari kadang terasa sulit dilalui," papar Hsia yang juga pernah bertugas selama 1,5 tahun di Ottawa, Kanada, ini.
Selama 10,5 tahun di AS, Hsia telah menjalani banyak hal, terutama pada 1996. Saat itu terjadi krisis di AS, sementara di Taiwan sedang terjadi krisis rudal. "Kemudian saya ditawari bertugas di dua tempat, yaitu di Jakarta dan salah satu kota di Eropa. Saya memilih Jakarta," paparnya teriring senyum. Hsia tentu saja punya alasan tersendiri mengapa memilih Jakarta sebagai pelabuhan berikutnya. Bagi dia, ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya meskipun sudah pernah bekerja dan tinggal di Washington dan New York.
Menurut dia, selama bekerja, dia belum pernah sekali pun bertugas di kawasan Asia, terutama Asia Tenggara yang notabene letaknya berdekatan dengan Taiwan. "Saya merasa perlu untuk mengetahui tetangga kami (Taiwan) dan di sinilah saya sekarang," jelasnya. Hsia resmi mengemban tugas sebagai Perwakilan Kantor Dagang Ekonomi Taipei (Teto) di Indonesia enam bulan yang lalu. Namun, meskipun baru setengah tahun berada di Jakarta, dia merasa tidak pernah menyesali pilihannya. Dia mengaku suka ibu kota Indonesia ini. Saya bangga karena hubungan Taipei dan Jakarta semakin baik. Investasi Indonesia dan Taiwan juga kian meningkat. Namun sepertinya kami membutuhkan lebih banyak lagi orang jenius untuk meningkatkan pendapatan perdagangan," ungkapnya teriring senyum.
Namun, tetap saja Hsia menemukan banyak kendala selama berada di Indonesia. Salah satunya adalah hambatan dalam level komunikasi. Menurut dia, Indonesia dan Taiwan harus berusaha lebih keras lagi agar komunikasi dua kawasan ini bisa berjalan semakin baik. "Menurut saya, Indonesia dan Taiwan harus lebih sering saling mengunjungi agar keduanya semakin memahami kebutuhan dan persoalan masing-masing. Jika sudah saling memahami, tentu akan lebih mudah untuk menjalin kerja sama dalam berbagai sektor," ujar dia.
Meski mengakui ada hambatan, Hsia menegaskan dirinya tetap menikmati Jakarta. Bagi Hsia, kota ini memang menarik. Meskipun macet, Jakarta menyimpan banyak pesona. Salah satunya adalah arsitektur bangunan pencakar langit yang menghiasi langit ibu kota Indonesia ini. Hsia mengaku mengagumi bentuk arsitek bangunan gedung di Jakarta. "Saya suka gedung-gedung yang ada di Jakarta. Arsitekturnya menarik. Bandingkan saja dengan Taipei 101 (bangunan tertinggi kedua di dunia). Arsitekturnya kalah dengan gedung-gedung yang ada di Jakarta ini," tuturnya.
Selama di Jakarta, tiap akhir pekan Hsia selalu meluangkan waktunya untuk membaca, baik buku maupun surat kabar. Selain itu, dia juga gemar menjalani hobinya, yaitu bermain golf. "Saya juga kerap renang dan golf. Tapi saya tidak tahan lama-lama bermain golf di Jakarta karena cuaca di sini cukup panas," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment